JEMBATAN DAN KENANGAN

Apapun yang pernah kita lihat dan alami akan jadi kenangan. Sebuah keberuntungan bagi generasi ini, dimana pekerjaan merekam kejadian semakin mudah pun dalam hal penyimpanannya. Keberuntungan ini tentunya tidak dialami oleh generasi sebelum kita.

Indragiri Hilir yang dulu pernah dikenal dengan Negeri Seribu Parit, pernah pula dikenal dengan Negeri Seribu Jembatan. Pada masanya jembatan menjadi tempat nongkrong yang mengasyikkan bagi anak muda terutama. Terlebih di Desa dimana keakraban antar sesama masih sangat kental terasa.

Jembatan dari masa ke masa mengalami perkembangan terutama dari sisi konstruksi. Pada awalnya jembatan dibuat dengan beberapa bilah kayu. Konstruksi yag sederhana ini kemudian berkembang menjadi lebih lebar dan lebih kokoh. Ada pula yang ditambah atap seperti pada gambar di awal tulisan ini. Bahkan masih ada di beberapa tempat hanya beratap daun. Seiring perkembangan zaman, jembatan sudah semakin kokoh dan semakin bagus, meski masih ada jjembatan-jembatan sederhana yang masih dipertahankan keberadaannya.

Jembatan beratap (seperti pada gambar) selain dimanfaatkan untuk menyeberangi parit, digunakan juga untuk tempat berkumpul warga desa untuk sekedar mengobrol ringan sambil menghabiskan waktu petang bahkan malam. Beberapa tempat yag belum memiliki pos ronda, jembatan ini bisa juga digunakan untuk tempat pos ronda. Meski lebih banyak membicarakan hal-hal yang sifatnya non formal, obrolan-obrolan itu mungkin bagi sebagian orang memiliki kesan dan kenangan yang sulit dilupakan.

Fungsi lain yang juga didapatkan dengan memberi atap pada jembatan kayu yang dibuat ini adalah untuk menjaga kayu dari pelapukan yang disebabkan hujan dan panas. Pada saat hujan, jembatan dengan konstruksi atap seperti ini juga bisa dimanfaatkan untuk berlindung dari hujan.