MELABUH KELAPA

Kabupaten Indragiri Hilir dikenal sebagai daerah yang memiliki sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil (anak sungai) yang tersebar di seluruh kecamatan. Selain itu, Inhil juga dibelah dengan parit-parit kecil yang sangat banyak. Parit-parit ini dulunya dibuat sebagai pendukung sistem tata air perkebunan kelapa yang saat itu menjadi komoditas yang diusahakan masyarakat.

Selain sebagai prasarana tata air, parit-parit ini juga difungsikan sebagai alternatif transportasi baik bagi orang maupun barang (hasil panen kelapa). Kelapa-kelapa ini diangkut dari kebun-kebun ke tempat pengumpulan atau pengolahan kelapa yang biasanya berada di muara. Baik diolah untuk dibuat kopra atau sekedar diolah menjadi kelapa bulat (jambul) untuk langsung dijual. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos angkut. Dengan panjang parit beberapa km, adanya parit ini cukup mempermudah petani mengangkut hasil kelapa terlebih untuk lokasi-lokasi kebun yang jalannya belum ada/kurang memadai.

Prinsip pengangkutannya dengan mengandalkan siklus pasang surut air. Kelapa dihanyutkan ke sungai pada saat pasang besar ketika ketinggian air cukup memadai untuk menampung buah kelapa tersebut. Pada saat air surut, dimana aliran air akan menuju ke muara. kelapa-kelapa ini akan ikut terbawa menuju muara yang biasanya dijadikan tempat pengolahan lanjutan.  

Di tempat pengolahan ini kelapa akan diolah sesuai dengan permintaan pasar. Ada yang diolah menjadi kopra atau hanya dalam bentuk kelapa bulat untuk selanjutnya dijual kepada pedagang pengumpul. Selain itu ada hasil samping berupa sabut, tempurung, air kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku olahan kelapa lainnya. Dahulu, tempat pengolahan kelapa menjadi kelapa bulat dan kopra ini disebut dengan langkau. Seiring berjalannya waktu, keberadaan langkau ini sudah agak jarang ditemukan. Tempat-tempat pengolahan kelapa tersebut sudah sangat bervariasi nama dan bentuknya.