INHIL DAN KELAPA

Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk famili Palmae, dari genus Cocos. Tanaman ini merupakan ta­naman yang mempunyai arti penting bagi perekonomian Indonesia, karena berperan untuk memenuhi kosumsi dalam negeri, sebagai bahan dasar industri dan merupakan komoditi ekspor. Di Indonesia telah lama dikenal dua varietas utama yang banyak ditanam, yaitu varietas genjah dan varietas dalam. Pada tahun 1990-an ada pula dikembangkan jenis kelapa hibrida di beberapa Propinsi penghasil kelapa terutama yang terbesar di Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau

Kelapa adalah tanaman serba guna, seluruh bagian tanaman bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga tanaman ini bisa menghasilkan aneka produk turunan yang bisa diolah masyarakat. Pengolahan tersebut bisa diolah dalam skala industri maupun rumah tangga. Diantara produk yang bisa diolah dalam skala rumah tangga adalah gula merah, VCO, minyak kelapa, sapu lidi dan lain-lain.

3 TEORI ASAL-USUL

Tanaman kelapa sudah lama dikenal dalam peradaban ma­nusia sebagai tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Ada tiga teori mengenai daerah asal tanaman kelapa ini. Teori pertama, memperkirakan bahwa kelapa berasal dari lembah-lembah Andes di Columbia, Amerika Selatan. Dari sinilah kelapa menyebar dibawa oleh para penjelajah di kawasan Pasifik.

Teori kedua, beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah. Dengan perantaraan arus lautan, kelapa terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudera Pasifik. Teori ketiga, menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah kawasan di Asia Selatan atau Asia tenggara, atau mungkin Pasifik Barat. Menurut teori ketiga ini dari kawasan itulah kelapa menyebar ke pantai-pantai barat benua Amerika, ter­utama pada bagia daerah tropisnya.

Dengan mengamati pembudidayaan tanaman ini di wilayah dengan peradaban tertua di dunia, yaitu Philipina dan Sri Lanka telah dikenal sejak 300 tahun sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang lalu, maka diperkirakan bahwa kelapa berasal dari daerah tropis sekitarnya.

AKAR

Pohon kelapa memiliki akar serabut. Akar serabut berukuran tebal rata-rata 1 cm. Pada bagian ujungnya tidak terdapat akar rambut. Fungsi akar rambut digantikan oleh bagian akar berdinding lunak seperti gelembung-gelembung yang keluar pada permukaan akar yang terletak di belakang tudung akar dengan panjang rata-rata 5 cm, dan berfungsi dalam mengabsorpsi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari permukaan akar, tumbuh juga bagian-bagian berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan akar (pneumatophora). Pada tempat yang tanahnya terlalu gembur, batangnya mudah tumbang. Tak jarang di kondisi lahan yang gembur (biasanya gambut), pohon kelapa yang tinggi akan tumbuh miring.

BATANG

Pohon kelapa hanya mempunyai satu titik tumbuh yang terletak pada ujung batang, sehingga tumbuhnya batang selalu mengarah ke atas dan tidak bercabang. Pohon kelapa tidak berkambium. Di ujung berturut-turut tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkatan per­tumbuhan tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur keluar bakal buah kelapa. Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang masih muda baru ke­lihatan jelas kalau pohon telah berumur 3-4 tahun.

Pada varietas kelapa dalam, pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih besar. Sedangkan pada varietas genjah yang masih murni, ukuran batang di bagian pang­kal, tengah dan ujung hampir sama semuanya. Batang kelapa tidak banyak mengandung zat-zat cadangan sebagaimana terdapat pada jenis-jenis palma lainnya, seperti sagu (Metrocylom). Bagian ujung dari batang yang biasa disebut umbut bisa dikonsumsi untuk sayur karena rasanya yang enak dan rasanya cukup manis. Bagian ini susunannya masih lunak. Kemuadian daun-daun lainnya menyusul dan ukurannya juga bertambah besar. Daun-daun tadi berangsur bertambah menyirip. Untuk sementara titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar. Pertumbuhan yang demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang, dan bagian batang yang sebenarnya baru mulai kelihatan.

DAUN

Pada Benih kelapa (kelapa tua yang sudah diseleksi untuk benih) yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun yang ter­susun berupa selubung dan runcing bagian ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut­-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, te­tapi helai daunnya belum menyirip.

BUNGA DAN BUAH

Pohon kelapa yang telah mencapai tingkat umur tertentu (untuk varietas dalam berukur 4-5 tahun), karangan bunga akan tumbuh keluar dari ketiak daun yang disebut mayang atau munggar. Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang-cabang tumbuh bunga-bunga betina, kemudian menyusul bunga-­bunga jantan sampai ke ujung tangkai. Tiga sampai empat minggu setelah manggar membuka, bunga betina telah dibuahi dan mulai tumbuh menjadi buah. Dari jumlah buah yang ter­bentuk, 0,5 – 0,75% nya secara berangsur-angsur rontok karena pohon tidak sanggup membesarkan buah tadi. Rontoknya buah-buah muda ini berlangsung se­lama dua bulan, dan sisanya akan tumbuh sampai tua.

PROFIL PERKEBUNAN KELAPA DI INDRAGIRI HILIR

Menurut data statistik perkebunan Tahun 2019, ada sekitar 341.800 Hektar kebun kelapa rakyat yang terdiri dari varietas kelapa dalam dan kelapa hibrida. Meskipun mendapat predikat Kabupaten dengan kebun kelapa terluas di Indonesia, namun produktifitasnya masih di bawah standar. Problem utamanya adalah dukungan prasarana tata air yang tidak memadai untuk mendukung pencapaian produktifitas yang maksimal. Problem lain yang juga mengakibatkan tidak maksimalnya produktifitas adalah gangguan hama dan penyakit tanaman kelapa.

TATA AIR

Luasnya kondisi perkebunan kelapa yang mengalami kerusakan akibat tidak memadainya prasarana tata air dapat dipetakan atas dua jenis kondisi wilayah yaitu (1) wilayah pesisir dimana kerusakan tanaman kelapa disebabkan oleh genangan akibat masuknya air pasang ke lahan perkebunan dan (2) wilayah daratan yang tidak mendapatkan cukup aliran air karena saluran (parit primer, sekunder dan tersier) yang tersumbat akibat pendangkalan dan ditumbuhi gulma, pada musim hujan lahan ini akan tergenang.

Kedua jenis kondisi wilayah tersebut akan memetakan kebutuhan prasarana tata air perkebunan kelapa masyarakat. Masyarakat pada kecamatan yang berada di pesisisir seperti Kateman, Pulau burung, Reteh (sebagian) akan lebih membutuhkan prasarana tanggul untuk melindungi kebun kelapa milik mereka. Sedangkan masyakarat pada Kecamatan yang didominasi wilayah darat (jauh dari pesisir) seperti Kempas, Keritang (sebagian), Gaung, Gaung Anak Serka akan lebih membutuhkan Normalisasi Sungai dan Saluran (parit) untuk memastikan berfungsinya penataan air di kebun mereka.

DAMPAK JANGKA PANJANG

Tidak berfungsinya prasarana trio tata air ini akan mengakibatkan genangan air di kebun kelapa dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan terganggunya sistem perakaran tanaman dan pada akhirnya akan rusak. Pada kondisi yang lebih parah, akan menyebabkan kematian tanaman kelapa, yang ditandai secara perlahan dengan daunnya yang menguning, batangnya yang mengecil, buahnya yang gugur, dan sistem perakarannya banyak yang mati.

Masalah penataan air merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan tanaman kelapa di daerah pasang surut lahan gambut. Tanpa pengelolaan yang baik dan kontinyu, maka sulit untuk memulihkan kembali perkebunan kelapa yang mengalami kerusakan. Kombinasi yang tepat sasaran dari ketiga jenis trio tata air (tanggul, saluran dan pintu klep) akan mampu menjadi solusi untuk mendongkrak produktifitas kelapa di Indragiri Hilir. Fungsi saluran (parit) tak hanya sebagai pengatur air, tetapi juga dapat mengangkut hasil panen dan alternatif transportasi.