Di Indragiri Hilir, Kabupaten dengan jumlah sungai, anak sungai dan parit yang begitu banyak dan menyebar rata di setiap kecamatan, jembatan bukan lagi barang asing. Setiap kita mengenalnya bahkan sejak dini, ketika kita baru mengenal hal-hal di sekitar kita.
Di Kota Tembilahan saja misalnya, dalam rentang jarak sekitar 500 meter, kita harus melewati jembatan. Barangkali ini menjadi salah satu penyebab biaya pembangunan infrastruktur di Inhil lebih mahal. Selain karena tanahnya yang berjenis rawa dan gambut, jumlah jembatan yang harus dibangun untuk menyambung Inhil menjadi satu kesatuan daratan sangatlah banyak.
Beberapa desa yang belum bisa dibangun jembatan masih harus memanfaatkan jasa penyeberangan dengan sampan seperti yang ada di Sungai Empat, Pekan Arba, dan masih banyak daerah yang lain di berbagai kecamatan yang masih menggunakan sampan atau pompong sebagai sarana penyeberangannya.
Yang sudah ada jembatan pun, bervariasi bentuk dan variasinya. Hal ini dikarenakan ada jembatan yang dibangun dengan dana Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ada pula yang dibangun dengan dana sumbangan masyarakat dan pengerjaannya pun dilakukan secara gotong royong. Karenanya wujudnya pun beragam mulai dari bentuk paling sederhana yang hanya terdiri dari beberapa batang kayu sampai yang bentuknya bagus dan megah, lengkap dengan pagar pengaman di sisi kiri dan kanan.
Meski masih banyak jembatan yang sederhana dan kurang layak untuk digunakan, namun karena memang tidak ada alternatif lain yang lebih baik sehingga penggunaan jembatan yang kurang layak tersebut masih tetap menjadi pilihan di beberapa tempat.