Sore itu aku tiba-tiba kangen mamak. Harusnya jadwal kuliah hari ini penuh sampai sore. Tapi ada mata kuliah yang dibatalkan karena dosennya sedang berhalangan. Aku pun bisa pulang lebih cepat. Sesampainya di kost-kostan, kuambil ponsel dari saku celana ku. Selain kangen mamak, juga kangen kampung halaman. Sejak tahun 2020 belum bisa pulang. Selain karena pandemi, problem keuangan juga jadi sebab aku tak bisa pulang. Apalagi ini sudah tahun kelima kuliah. Ingin rasanya segera menyelesaikan studiku.
Kulirik beberapa postingan medsos kerabat dan kawan-kawan di kampung halaman. Memasuki bulan Rajab, biasanya di kampungku, mesjid-mesjid secara bergantian memperingati Isra’ Miraj. Si bungsu posting foto dengan mamak sedang menghadiri Peringatan Isra Mi’raj. Tak terasa air mata mengalir, teringat mamak dan kerabat di kampung halaman.
Ponsel yang dulunya hanya bisa digunakan berkomunikasi via telpon maupun pesan singkat hari ini berubah menjadi perangkat serbaguna yang bahkan bisa mengaduk emosi. Segalanya terasa lebih dekat. Dunia modern mendistribusikan kita ke banyak tempat. Bahkan tak jarang dari kita yang harus meninggalkan lingkungan masa kecil untuk kuliah, bekerja bahkan berkeluarga di tempat baru yang awalnya asing bagi kita.
Tahun ini memasuki tahun kelima aku berada di kota ini. Karena jadwal kuliah yang sudah agak longgar, aku juga mencari pekerjaan sampingan. Alhamdulillah, dengan pekerjaan itu, aku bisa meringankan beban mamak di kampung. Sehingga mamak bisa lebih fokus mengurus si bungsu.
Sejenak ingatanku berlari cepat ke masa lampau meski agak sulit mengingat detailnya. Meski kesibukan dan masalah terjalin apik menyita sebagian besar waktuku, namun sesekali lintasan-lintasan kenangan tentang masa kecil singgah sejenak sehinggak tak terasa air mata kerinduan mengalir. Sebagian mungkin telah dulu meninggalkan kami semua dan sebagian yang lain telah menua. Semakin bertambah usia, rasanya kemampuan mengingatku juga semakin berkurang sehingga banyak kenangan masa lalu yang rasanya semakin sulit dijangkau.