MANGROVE YANG KIAN TERKIKIS

Keberadaan ekosistem mangrove sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Banyak sekali potensi dan fungsi yang dimilikinya. Dua diantaranya yang paling populer adalah penahan gelombang air laut dan sebagai tempat berkembang biaknya biota perairan. Sistem perakaran mangrove juga bisa mengurangi dampak intrusi air laut agar kualitas air tanah di daratan tetap terjaga. Ekosistem mangrove juga memiliki fungsi penyerapan karbon seperti ekosistem hutan lainnya.

Selain nilai ekologis, ekosistem mangrove juga punya nilai ekonomi langsung karena beberapa jenis kayu yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku bangunan, salah satu yang populer adalah kayu bakau. Ada pula jenis kayu yang dimanfaatkan sebagai bahan baku arang kayu, kayu bakar dan beberapa penghasil bahan makanan.

Ekosistem mangrove lazim pula disebut hutan payau atau hutan bakau. Disebut hutan payau, karena tanaman mangrove tumbuh di atas substrat yang digenangi campuran air laut dan juga air tawar yang menjadikan air di daerah tersebut menjadi payau.  Disebut hutan bakau karena salah satu tanaman yang populer penggunannya adalah jenis bakau (Rhizopora sp).

Selain nilai ekologis dan ekonomis, ekosistem mangrove juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata. Ekowisata mangrove merupakan objek wisata yang berwawasan lingkungan dimana wisata tersebut mengutamakan aspek keindahan yang alami dari hutan mangrove serta fauna yang hidup disekitarnya tanpa harus merusak ekosistem tersebut untuk membuatnya lebih menarik wisatawan, hal ini disebabkan bahwa hutan mangrove mempunyai ciri khas yang khusus dan banyak fauna dan flora yang hidup di sekitarnya.

Indragiri Hilir merupakan Daerah yang didominasi dataran rendah yang terdiri dari daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut, dan mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai, muara sungai, bahkan ada yang tumbuh di rawa gambut. Menurut data GIS tahun 2016, panjang garis pantai Indragiri Hilir mencapai 339,5 Km.

Secara umum, dunia terus mengalami pengurangan luas kawasan mangrove. 30 tahun terakhir. bumi kehilangan luas ekosistem mangrove tak kurang dari 30% dan Indonesia merupakan penyumbang terbesar kerusakan itu. Hal ini dikarenakan Indonesia dengan luas mangrove 4,5 juta hektar menyumbang 25% dari luas magrove dunia. Tak terkecuali Indragiri Hilir juga mengalami penurunan.

Secara alami ekosistem mangrove ditentukan oleh faktor seperti tipe tanah, salinitas, pasang surut, dan gelombang. Faktor kearifan manusia dalam melakukan ekploitasi dan konservasi terhadap ekosistem mangrove juga turut menentukan eksistensi ekosistem ini. Terlebih untuk daerah rawa, dimana kebutuhan kayu bakau untuk kontruksi bangunan sangat tinggi. Apabila eksploitasi tak bisa diimbangi dengan konservasi, maka bukan tak mungkin beberapa puluh tahun ke depan, ekosistem mangrove akan semakin berkurang bahkan tak ada lagi.