Posisi yang lebih tinggi, membuat kita bisa lebih luas memandang. Semakin luas kita memandang semakin objektif pula dalam menilai dan tentunya akan semakin arif pula dalam tutur dan tindakan.
Dalam jarak yang dekat kita bisa menyaksikan individu dan populasi kelapa sebagai komponen biotik. Dalam posisi di ketinggian tertentu kita bisa melihat ekosistem kebun kelapa yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen biotik (kelapa, rumput, pinang dan sebagainya) dengan komponen abiotik (tanah, saluran primer, saluran sekunder dan sebagainya).
Teknologi telah banyak membantu kita meluaskan pandangan. Foto udara pertama dikenal di Perancis. Saat itu tahun 1858, seorang juru potret dari Paris yang bernama Garpard Felix Tournachon menggunakan sebuah balon untuk naik pada ketinggian 80 meter untuk memperoleh foto bagi daerah Bievre. Perkembangan selajnutnya dari Foto udara adalah dengan menggunakan layang-layang yang dilakukan oleh seorang ahli meteorologi berkebangsaan Inggris bernama E.D. Archibald. Setelah menggunakan balon dan layang-layang, foto udara memasuki perkembangan selanjutnya yaitu photo udara menggunakan pesawat terbang dan helikopter. Tahun 1909 seorang juru potret menemani Wilbur Wrighat dan mengambil gambar dari udara untuk yang pertama.
Seiring dengan penemuan penerbangan luar angkasa dan teknologi satelit, kita mulai mengenal citra satelit. Citra satelit merupakan gambaran permukaan bumi hasil perekaman satelit observasi bumi yang berada di luar angkasa dan jaraknya ratusan kilometer dari permukaan bumi. Dan gambar-gambar citra satelit ini dapat kita nikmati dari aplikasi Sistem Informasi Geografis. Salah satu yang populer adalah Google Earth.
Dalam skala luas yang lebih kecil, sudah marak pula penggunaan drone yang dilengkapi kamera untuk mengambil foto udara dalam rentang yang tidak terlalu luas. Begitulah teknologi semakin memudahkan kita untuk menghasilkan informasi visual yang semakin berkualitas yang akhirnya membantu manusia memecahkan persoalan-persoalan hidupnya.
