SUATU PETANG MENANTI AYAH

Petang ini, kami sedang menunggu ayah, tak biasanya ayah pulang terlambat. Biasanya sebelum Jam 5 ayah sudah di rumah. Mamak mulai gelisah. Sementara itu petang semakin pekat dan langit semakin memerah pertanda malam akan datang

“Ayah belum pulang, mak” tanyaku pada Mamak berbasa-basi meskipun aku tahu ayah belum pulang. Akupun gelisah, tak biasanya ayah sampai sesenja ini.

“Belum nak, mungkin masih dalam perjalanan” ujar Mamak dengan suara yang agak berat.

“Kasihan Ayah ya, mak” setiap hari harus bekerja sejak matahari terbit sampai petang, Ayah pasti capek ya, Mak? tanyaku pada Mamak yang banyak termenung dari tadi.

“Ya begitulah Ayahmu, nak. Demi tanggung jawabnya pada kita, jarang sekali mamak mendengar Ayahmu mengeluh” ujar Mamak sambil merapikan pakaian yang baru dilipatnya.

“Kalau sudah besar, aku ingin Ayah istrahat, Mak, biar aku yang bekerja” kataku dengan bersemangat.

“Belajar saja yang benar, nak. Jangan tinggalkan sholat. Mudah-mudahan Allah berikan jalan terbaik buat keluarga kita” ujar Ibu sambil masuk ke kamar memasukkan pakaian yang dilipatnya ke dalam lemari.